Latest News


More

Menengok Museum DPR: Ada Mesin Tik, Kursi dan Telepon Jadul

Posted by : Rakatalenta on : Jumat, 14 Agustus 2015 0 comments
Rakatalenta
Terdapat pada: , ,
Menengok Museum DPR: Ada Mesin Tik, Kursi dan Telepon Jadul - Sebagai lembaga negara yang punya peran penting di Indonesia, DPR RI sudah lama punya museum yang menyimpan catatan-catatan sejarah perjalanan parlemen Indonesia. Bagaimana kondisinya?

Museum itu berada di lantai II Gedung Nusantara, atau gedung yang pada tahun 1998 diduduki mahasiswa saat terjadi reformasi. Lokasinya berada di bagian tengah komplek parlemen, Senayan, Jakarta.

Memasuki museum DPR itu bisa melalui sebuah eskalator untuk menuju lantai II, lalu ke sebelah kanan akan tiba di sebuah pintu yang menampilkan poster bertuliskan 'Museum DPR-RI Menuju Parlemen Modern'.

Menengok Museum DPR: Ada Mesin Tik, Kursi dan Telepon Jadul

Saat masuk ke dalam, pajangan yang pertama dilihat adalah beberapa kursi, meja, podium dan jam dinding yang menurut sejarahnya digunakan dalam sidang KNIP pada 7-12 Desember 1949 di Keraton Yogyakarta. Sidang itu membicarakan hasil Konferensi Meja Bundar yang menjadikan Indonesia sebagai negara Republik Indonesia Serikat (RIS).

Turut dipajang di antara kursi-kursi itu sebuah mesin tik yang digunakan dalam sidang konstituante di Bandung. Mesin tik jadul itu digunakan oleh sekretaris sidang DPR periode 1956-1959.

Selain itu, jika berjalan lagi ada benda lain yang kali ini dipajang di dalam kotak kaca, yaitu 'keraf' atau tempat air minum anggota MPRS tahun 1960-1965 dan pesawat telepon yang digunakan pada sidang umum MPRS 1960-1965 di Gedung Societeit Concordia Bandung (gedung merdeka).

Termasuk ditampilkan sebuah patung yang mengenakan pakaian pimpinan MPRS berwarna putih-putih tahun 1960-1961. Pakaian itu sudah dikenal oleh para pejuang bangsa Indonesia sejak 1940an. Benda lain yang dipajang adalah tempat duduk Presiden dan wakil presiden juga pimpinan DPR RI tahun 1968.

Sementara pada dinding-dinding museum ditampilkan foto-foto pimpinan DPR Sementara era 1950-1956, DPR hasil pemilu ke-1 1955-1959, dan seterusnya hingga pimpinan DPR hasil Pemilu 2014 yang saat ini menjabat diketuai Setya Novanto.

Termasuk foto-foto kegiatan DPR dari masa ke masa yang juga dipajang sebagai poster dinding museum, salah satunya foto Ketua DPR Mr Sartono saat menyambut kunjungan menteri kebudayaan cekoslavia, Mr Pavel Dubovsky pada 8 Januari 1957.

Ada juga naskah UUD Sementara yang dibuat tahun 1950 sebagai UU pengganti RIS. Pasal di dalamnya berisi keinginan rakyat untuk kembali ke bentuk negara kesatuan dan melepas diri dari federasi Belanda (pembubaran negara RIS).

Masih di dinding museum, dipajang sedikit foto dan informasi tentang sejarah gedung Nusantara yang dimulai dari upacara di lokasi proyek conefo 31 Mei 1966.

Hal yang menarik dari museum DPR, ada beberapa sarana interaktif bagi pengunjung museum. Salah satunya pertanyaan di dinding, 'Apakah anda mengetahui kepanjangan MA pada nama MA Pellaupessy ketua senat RIS tahun 1950?'

"Marjuki Alie (mungkin)" tulis pengunjung di secarik kertas yang ditempel. "Aku ga kenal," tulis yang lainnya. "Mau tau apa mau tau banget??" respon pengunjung lain sambil dibubuhi simbol senyum.

Selain itu, hal yang menarik adalah sebuah lukisan berukuran cukup besar tapi tidak memberikan informasi apapun. Tulisan pada dinding di samping lukisan itu justru menulis "Kami kurang tahu secara pasti informasi mengenai lukisan ini. Tuliskan kisah yang digunakan dalam lukisan ini menurut anda!"

"Saya tau ini lukisan sidang Volksraad yang dipimpin bapak MH Thamrin. Lukisan karya Sudjono 1978," tulisan pengunjung pada secarik kertas. "Kenapa jaman dulu tidak ada wartawan yang meliput sidang seperti sekarang?" respon pengunjung lain.

Secara umum, kondisi museum terawat dengan baik dan rapih, suasananya pun tenang, terlebih setelah Presiden Joko Widodo meninjau museum ini usai menyampaikan pidato kenegaraan jelang 17 Agustus sore tadi.

Namun, tampaknya tidak banyak informasi atau benda bersejarah lain yang bisa dilihat di museum selain beberapa yang disebutkan di atas. Padahal, perjalanan DPR cukup panjang dengan seabrek bukti sejarah, dokumentasi yang menurut catatan museum terbentuknya pimpinan DPR Sementara tahun 1950.

Museum yang diresmikan oleh ketua DPR/MPR M Kharis Suhud pada 16 Agustus 1991 itu, sebagian ruangannya hanya menampilkan kondisi DPR pasca reformasi. Termasuk pimpinan DPR saat ini lengkap dengan foto masing-masing yaitu Setya Novanto, Fahri Hamzah, Fadli Zon, Taufik Kurniawan dan Agus Hermanto.

Pada bagian ujung museum dipajang gamelan-gamelan yang menurut sejarahnya digunakan untuk kegiatan-kegiatan kenegaraan. Penjaga museum, Suwito menceritakan bahwa dulunya museum ini berada di ruang Nusantara IV. Sekitar tahun 2000an dipindah ke lantai II Gedung Nusantara.

"Kalau ada tamu dari luar negeri ke sini, anak-anak SD sampai mahasiswa juga sering datang ke sini. Kemarin ada anak sekolah dari Makassar," ucap Suwito saat berbincang di dalam museum.

Namun pengunjung yang ingin melihat tak bisa langsung masuk, harus mengajukan surat dulu ke bagian Humas DPR sampai nanti diberitahukan kapan bisa berkunjung.

Biasanya, pengunjung dibawa lebih dulu ke ruangan yang masih di gedung Nusantara untuk diputarkan video sejarah DPR. Setelah itu diajak ke dalam museum tentang benda-benda dan catatan sejarah di atas.

"Museum ini buka pukul 07.30-16.00 WIB," ucap Suwito yang sudah bekerja sejak sekitar tahun 2000.

Sumber: detik.com

Tidak ada komentar:

Leave a Reply

Tidak ada moderasi untuk komentar Anda.
Beri komentar yg baik, sopan sesuai kaidah EYD.
Komentar spam, sara, porno akan dihapus.
Perklik iklan dari jari Anda adalah amal baik.